“Jangan marah! Kenapa takut? Nggak usah sedih!” Sering kita dengar anjuran seperti ini. Lalu perasaan kita harus dikemanakan? Perasaan yang terpendam malah kerap meluap ke tempat lain atau jadi penyakit.
Pada waktu yang sama, kita perlu punya cara untuk mengelola perasaan. Mengumbar perasaan sesuka hati dapat menimbulkan masalah baru. Meskipun marah, tidak berarti kita boleh marah-marah. Merasa sedih tidak sama dengan bersedih berlarut-larut.
Sebetulnya marah, sedih, dan berbagai rasa dalam diri kita membawa pesan untuk dibaca. Demikian pula yang menyenangkan seperti bahagia, bangga, bahkan cinta. Ada cara untuk membaca pesan-pesan di dalamnya sehingga kita dapat semakin mengenal diri, pulih dari luka batin, tertata dan berkembang.
Bagaimana cara membaca dan mengolah rasa? Saya sangat terbantu oleh workshop PRH (Personality and Human Relations) Exploring my inner world https://www.prh-indonesia.org/workshop/7/view (prasyarat: sudah pernah mengikuti “Who Am I”) Sejak mengikuti workshop ini, saya jadi mandiri dan memahami cara jurnaling yang paling mengena. Kini saya ingin berbagi metode ini bagi semua yang ingin mempelajarinya.
Daftar utk Sabtu-Minggu 6-7 & 13-14 Mei di Senen, Jakarta Pusat: https://www.prh-indonesia.org/workshop/batch/74/register